Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan resmi terkait siklon tropis Khrathon. BMKG menyatakan bahwa siklon ini sedang berkembang di laut Filipina dan diperkirakan akan mempengaruhi sejumlah kota besar di Indonesia dalam beberapa hari mendatang.
Siklon ini berpotensi memicu angin kencang, hujan deras, hingga bencana alam seperti banjir dan tanah longsor di berbagai wilayah.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam sebuah pernyataan resmi, menyampaikan bahwa siklon ini akan berdampak serius pada kondisi cuaca di Indonesia.
“Siklon Tropis Khrathon membawa ancaman cuaca ekstrem, terutama di wilayah pesisir dan daerah dengan topografi curam yang rentan terhadap tanah longsor,” kata Dwikorita, Senin (30/9/2024).
Dwikorita menyatakan, warga di wilayah Sumatera, Jawa, hingga Sulawesi perlu meningkatkan kewaspadaan dan diminta mengikuti informasi terkini dari BMKG.
Selain hujan deras dan angin kencang, Siklon Khrathon juga diperkirakan akan menyebabkan peningkatan tinggi gelombang di beberapa perairan, terutama di Laut Jawa dan Samudra Hindia. BMKG telah memberikan peringatan dini kepada nelayan serta operator pelayaran agar menunda aktivitas di laut sampai kondisi cuaca lebih stabil.
“Gelombang tinggi dapat mencapai 4-6 meter, terutama di sekitar perairan Laut China Selatan, sehingga sangat berbahaya bagi aktivitas laut,” ujarnya.
Beberapa kota besar yang diperkirakan terkena dampak paling signifikan adalah Jakarta, Surabaya, Medan, dan Makassar. Pemerintah daerah setempat telah mulai mempersiapkan langkah-langkah mitigasi untuk menghadapi potensi banjir, terutama di wilayah rawan seperti Jakarta yang sering kali dilanda banjir besar akibat intensitas hujan yang tinggi.
Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, mengimbau masyarakat untuk bersiap-siap menghadapi kemungkinan terburuk.
“Kami sudah memobilisasi alat berat dan logistik di titik-titik rawan banjir untuk memastikan respons cepat jika terjadi bencana,” ujar Heru.
Tidak hanya itu, sejumlah organisasi masyarakat juga telah menggalang dana dan tenaga relawan untuk membantu dalam mitigasi bencana yang mungkin terjadi. Yayasan Tanggap Bencana Indonesia (YTBI) misalnya, telah menyebarkan tim relawan di beberapa wilayah rawan seperti Bogor, Bandung, dan Yogyakarta. Ketua YTBI, Andi Mulyadi, meminta agar masyarakat lebih peduli terhadap sesama dalam kondisi darurat.
“Kami berharap masyarakat bisa lebih peduli terhadap sesama dalam kondisi darurat seperti ini, dan kami siap membantu jika diperlukan,” katanya.
Siklon Khrathon bukanlah yang pertama terjadi di kawasan Asia Tenggara, namun intensitasnya diprediksi lebih besar dibandingkan beberapa siklon sebelumnya. Seorang pakar iklim dari Universitas Indonesia, Prof. Suryono, menjelaskan bahwa perubahan iklim global menjadi salah satu faktor utama peningkatan frekuensi dan intensitas siklon tropis di wilayah Indonesia.
“Pemanasan global menyebabkan lautan semakin hangat, dan ini menjadi bahan bakar utama bagi terbentuknya siklon-siklon tropis yang lebih besar dan berbahaya,” jelasnya.
BMKG juga bekerja sama dengan lembaga meteorologi internasional untuk memantau pergerakan Siklon Khrathon. Menurut data terbaru, siklon ini masih berada di tahap awal pembentukan, namun dampak awalnya sudah mulai terasa di sebagian wilayah Indonesia. Warga diminta untuk tetap waspada hingga siklon ini sepenuhnya melemah atau menjauh dari perairan Indonesia.
Menghadapi ancaman ini, BMKG terus menghimbau agar masyarakat selalu memperbarui informasi melalui situs resmi BMKG dan aplikasi prakiraan cuaca yang dapat diunduh di ponsel pintar. Langkah-langkah antisipatif seperti menyiapkan perbekalan darurat dan memastikan sistem drainase di rumah berfungsi dengan baik juga disarankan oleh para ahli. Warga yang tinggal di kawasan rentan bencana, seperti tepi sungai atau lereng gunung, diminta untuk mempertimbangkan evakuasi dini demi keselamatan.
Siklon Khrathon diperkirakan akan terus bergerak selama beberapa hari ke depan, dan potensi kerusakan serta dampak terhadap kehidupan sehari-hari masih mungkin berubah seiring perkembangan cuaca yang sangat dinamis.
(red)